Kewajiban Mengenal Allah, Mengenal Nabi dan Agama Melalui Wahyu Ilahi


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

اعلَم – رَحِمَكَ اللَّهُ – أَنَّهُ يَجِبُ عَلَينَا تَعَلُّمُ أَربَعِ مَسَائِلَ

الأُولَى: العِلمُ وَهُوَ مَعرِفَةُ اللَّهِ وَمَعرِفَةُ نَبِيِّهِ وَمَعرِفَةُ دِينِ الإِسلَامِ بِالأَدِلَّةِ

الثَّانِيَةُ: العَمَلُ بِهِ

الثَّالِثَةُ: الدَّعوَةُ إِلَيهِ

الرَّابِعَةُ: الصَّبرُ عَلَى الأَذَى فِيهِ

وَالدَّلِيلُ قَولُهُ تَعَالَى: بسم الله الرحمن الرحيم: ﷽ ۝ وَالعَصرِ ۝ إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسرٍ ۝ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوا بِالحَقِّ وَتَوَاصَوا بِالصَّبرِ

قَالَ الشَّافِعِيُّ -رَحِمَهُ اَللَّهُ تَعَالَى-: «هَذِهِ السُّورَةَ لَو مَا أَنزَلَ اللَّهُ حُجَّةً عَلَى خَلقِهِ إِلاَّ هِيَ لَكَفَتهُم

وَقَالَ البُخَارِيُّ -رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى-: بَابٌ: العِلمُ قَبلَ القَولِ وَالعَمَلِ وَالدَّلِيلُ قَولُهُ تَعَالَى: فَاعلَم أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاستَغفِر لِذَنبِكَ﴾ فَبَدَأَ بِالعِلمِ قَبلَ القَولِ وَالعَمَلِ

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”  

Ketahuilah semoga Allah merahmatimu sesungguhnya wajib bagi kita untuk mempelajari empat perkara:

Pertama adalah ilmu, yaitu mengenal Allah subhanahu wa ta’ala, mengenal nabi-Nya, dan mengenal agama Islam dengan dalil-dalinya.

Kedua adalah: beramal dengan ilmu tersebut.

Ketiga adalah: berdakwah kepada apa yang telah diilmuinya.

Keempat adalah: bersabar dalam gangguan yang menimpa tatkala berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala.

“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, ‘Seandainya Allah tidak menurunkan bagi manusia satu argumentasi pun selain ayat ini, maka sudah cukup bagi mereka’.

Imam Al-Bukhari rahimahullah berkata, ‘Bab tentang ilmu sebelum berkata dan beramal’ dan dalilnya adalah firman Allah,

فَٱعۡلَمۡ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لِذَنۢبِكَ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مُتَقَلَّبَكُمۡ وَمَثۡوَىٰكُمۡ

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal. (Qs.Muhammad [47]: 19).

”Maka Allah subhanahu wa ta’ala mengawali dengan ilmu sebelum perkataan dan perbuatan”.

Penjelasan Singkat:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” Disunahkan bagi kita untuk mengucapkan basmalah pada saat membuat tulisan maupun bekerja. Berdasarkan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

كُلُّ كَلَامٍ أَوْ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُفْتَحُ بِذِكْرِ اللهِ فَهُوَ أَبْتَرُ

“Setiap ucapan atau perkara penting yang tidak dibuka dengan zikir, maka dia terputus.” (HR. Ahmad no. 8712)

Dalam hal-hal yang penting Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam  selalu mengawali dengan ucapan basmalah. Sebagaimana juga Nabi Sulaiman ‘alaihissalam ketika menulis surat kepada ratu Bilqis,

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

“Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (QS. An-Naml: 30)

Begitu juga dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam  setiap kali menulis surat yang ditujukan kepada para raja supaya masuk Islam, maka beliau selalu membuka dengan basmalah. Di antaranya beliau menulis surat kepada raja romawi. Ketika seorang utusan membawa surat tersebut kepada Heraklius, raja Romawi, maka dia mengambilnya dan membacanya,

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ

“Dengan menyebut nama Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya kepada Heraklius raja Romawi.” (HR. Bukhari no. 7)

Selain itu, banyak dari para ulama yang membuka tulisan dan buku-buku dengan ucapan basmalah. Ketika seseorang mengucapkan basmalah, maksudnya dia sedang mencari keberkahan dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang sekaligus meminta pertolongan kepada Allah agar memudahkan urusannya.

Empat perkara tersebut adalah: ilmu, amal, berdakwah dan sabar. Dalil dari semua perkara ini adalah firman Allah,

۝ وَالعَصرِ ۝ إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسرٍ ۝ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوا بِالحَقِّ وَتَوَاصَوا بِالصَّبرِ

“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

Artinya semua orang mengalami kerugian, kecuali orang-orang beriman atau sama dengan orang-orang yang berilmu, yang beramal saleh, saling menasehati dalam kebenaran atau berdakwah, dan sabar. Inilah perkara-perkara yang sejatinya menjadi landasan bagi setiap muslim yang wajib untuk dipelajari.

  1. Ilmu: Mengenal Allah, Mengenal Islam dan Mengenal Nabi
  2. Amal: Mengamalkan apa yang telah di ilmui
  3. Berdakwah: (1) Mengajak orang lain berbuat baik pada perkara-perkara dasar. Metode ini berlaku untuk semua orang. (2) Mengajar secara khusus layaknya seorang guru atau ustaz atau menjawab pertanyaan. Metode ini hanya berlaku khusus untuk orang yang berilmu.
  4. Sabar ketika mendakwahkan: (1) Sabar dalam Menuntut Ilmu (2) Sabar dalam beramal (3) sabar dalam berdakwah.

Oleh karenanya, Abu Madinah ad-Darimi berkata,

كَانَ الرَّجُلَانِ مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ إِذَا التَقَيَا ثُمَّ أَرَادَا أَنْ يَفْتَرِقَا قَرَأَ أَحَدُهُمَا وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ حَتَّى يَخْتِمَهَا ثُمَّ يُسَلِّمُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا عَلَى صَاحِبِهِ

“Dahulu jika dua orang sahabat Nabi Muhammad saling bertemu, kemudian hendak berpisah, maka salah satu dari keduanya membaca surah Al-‘Ashr hingga akhir surah, kemudian salah satu dari keduanya saling mengucapkan salam kepada yang lainnya.”( HR. Abu Dawud No. 402 di dalam Az-Zuhd)

Inilah surah yang sangat agung, di mana iman Asy-Syafi’i berkata, “Seandainya Allah tidak menurunkan bagi manusia satu argumentasi pun selain ayat ini, maka sudah cukup bagi mereka.”

Ayat ini sebagai peringatan bagi kita dalam menjalani kehidupan bahwa kita akan menghadapi hari akhirat. Allah memberikan peringatan bahwa semua manusia akan menuai kerugian kecuali orang yang beriman yang didapatkan dengan ilmu, beramal, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Penulis: Ikbal Ropik

Referensi: Kitab Al-Utsulus Tsalasah. Cari artikel lainnya di http://tarbawiy.com

Yakin dan Tawakal

Berikut beberapa dalil yang berkaitan dengan yakin dan tawakal:

وَلَمَّا رَاَ الْمُؤْمِنُوْنَ الْاَحْزَابَۙ قَالُوْا هٰذَا مَا وَعَدَنَا اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَصَدَقَ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ ۖوَمَا زَادَهُمْ اِلَّآ اِيْمَانًا وَّتَسْلِيْمًاۗ

”Dan tatkala orang-orang melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, ’inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.’ Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (Qs. Al-Ahzab [33]:22)

اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

”(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ’Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka.’ Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ’Culuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.’ (Qs. Ali-Imran [3]: 173)

فَانْقَلَبُوْا بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَفَضْلٍ لَّمْ يَمْسَسْهُمْ سُوْۤءٌۙ وَّاتَّبَعُوْا رِضْوَانَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ ذُوْ فَضْلٍ عَظِيْمٍ

Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Qs. Ali-Imran [3]: 173)

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ

”Dan bertawakallah kepada Allah Yang Maha Hidup (kekal) yang tidak mati……” (Qs. Al-Furqan [25]: 58)

وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

”…… dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.” (Qs. Ibrahim [14]: 11)

فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

”………. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (Qs. Ali-Imran [3]: 159).

وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ

……Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…… (Qs. At-Thalaq [65]: 3)

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ

”Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Rabb merekalah mereka bertawakal.” (Qs. Al-Anfal [8]:2)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَيْضًا : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ كَانَ يَقُولُ: اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَتَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِي، أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لَا تُمُوتُ، وَالْجِنُّ وَالإِنسُ يَمُوتُونَ (مُتَفَقٌ عَلَيْهِ) وَهَذَا لَفْظُ مُسْلِمِ وَاخْتَصَرَهُ الْبُخَارِيُّ

Dari Ibnu ‘Abbas radiallahuma bahwa Rasulullah bersabda, “Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, dan pada-Mu aku beriman, dan atas-Mu aku bertawakal, dan hanya kepada Engkaulah aku kembali dan dengan pertolongan-Mulah aku berbantah (berdebat). Ya Allah, aku mohon perlindungan dengan kemuliaan-Mu, tiada Ilah melainkan Engkau, dan aku mohon agar Engkau tidak menyesatkan diriku. Engkau Mahahidup yang tidak akan pernah mati, sedangkan semua jin dan manusia pasti mati.” (Muttafaqun ‘alaihi. HR. Al-Bukhari: 1120 dan Muslim: 2717. Hadist di atas menurut lafal Muslim dan diringkas dalam lafal Al- Bukhari)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَيْضًا، قَالَ: حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، قَالَهَا إِبْرَاهِيمُ حِيْنَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَقَالَهَا مُحَمَّدٌ حِينَ قَالُوا : إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا : حَسْبُنَا الله ونعم الوكيل . (رواه البخاري)

وَفِي رِوَايَةٍ لَهُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ ، قَالَ: كَانَ آخِرَ قَوْلِ إِبْرَاهِيمَ حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ : حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيل

Dari Ibnu Abbas radiallahuma juga berkata, “Hasbunallah wa ni’mal wakil.” (Cukuplah Allah itu sebagai penolong kita dan Dia adalah sebaik-baiknya pelindung). “Ucapan ini dikatakan oleh Ibrahim ketika beliau dilemparkan ke dalam api. Kalimat ini juga pernah diucapkan oleh Nabi Muhammad ketika orang-orang berkata, “Sesungguhnya orang-orang telah berkumpul untuk memerangi kalian, maka takutilah mereka itu. Akan tetapi, perkataan itu malah menambah keimanan mereka dan mereka berkata hasbunallah wa ni’mal wakil.” (HR. Al-Bukhari: 4563)

Dalam riwayat Bukhari yang lain dari Ibnu ‘Abbas berkata, “Kalimat terakhir yang diucapkan Nabi Ibrahim ketika beliau dilemparkan ke dalam api adalah hasbiyallah wa ni’mal wakil (cukuplah Allah itu sebagai penolongku dan Dia adalah sebaik-baiknya pelindung).”

عَنْ عُمَرَ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَقُوْلُ: (لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا ) . (رواه الترمذي، وقال: حديث حسن) معْنَاهُ: تَذْهَبُ أَوَّلَ النَّهَارِ خَماصًا : أَيْ ضَامِرَةَ البُطُونِ مِنَ الْجُوعِ، وَتَرْجِعُ آخِرَ النَّهَارِ بِطَانًا: أَي مُمْلَةَ البُطُونِ

Daru Umar radiallahu anhu berkata, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, ‘Andaikata kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Dia akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung. Keluar pada pagi hari dengan perut kosong dan kembali sore hari dengan perut kenyang.” (HR. At-Tirmidzi: 2344 dan Ahmad: 52/1. At-Tirmidzi mengatakan, hadits hasan. Syaikh Ahmad Syakir berkata, sanadnya shahih). Maknanya adalah: bahwa burung-burung itu pada awal siang hari, yakni mulai pagi hari pergi dalam keadaan perut kosong karena lapar, sedangkan pada akhir siang, yakni pada sore harinya kembali dalam keadaan perutnya penuh sebab kenyang. Demikianlah tawakalnya burung.

Dari ummul mukminin Ummu salamah (nama sebenarnya hindun binti abu sumayyah hudzaifah al-Makhzumi) bahwa nabi apabila keluar dari rumahnya, beliau berdoa:

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ ، اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عليَّ

Dengan menyebut nama Allah saya bertawakal kepadanya dan tiadak daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan diriku atau disesatkan orang lain, dari ketergelinciran diriku atau digelincirkan orang lain, dari menzholimi diriku atau dizholimi orang lain, dari kebodohan diriku atau dijahilin orang lain. (Hr. Abu dawud 5094 dan At-Tirmidzi: 3427)

Dari Anas bin Malik berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”siapa saja yang berkata (apabila keluar dari rumahnya)

بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

”Dengan menyebut nama Allah saya bertawakal kepadanya dan tiadak daya serta tiada kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah” . Maka akan dikatakan kepadanya, engkau telah mendapatkan petunjuk, kamu telah dijamin keperluanmu, kamu dipelihara dan dijauhkan dari setan”. (Hr. Abu Dawud 5095, At-Tirmidzi 3426 dan An-Nasa’i).

Artikel https://tarbawiy.com/

Iman Dan Amal Shalih

Sahabatku, agar kita dapat meraih kebahagiaan hidup dunia dan akhirat tentu yang paling mendasar dalam hal ini adalah dengan beriman dan beramal shalih, sebagaimana Allah berfirman:

مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” [Qs. An-Nahl 16:97]

Dalam ayat ini Allah menyebutkan balasan bagi orang-orang yang berbuat baik disertai dengan keimanan (karena keimanan adalah syarat sah diterimanya amal shalih). Maka baginya akan mendapatkan kehidupan yang baik di dunia serta balasan kebaikan dunia dan akhirat.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman.” Keberadaan iman menjadi syarat sah dan diterimanya amalan shalih. Bahkan tidak bisa disebut amal shalih kecuali disertai dengan keimanan, karena iman menuntut munculnya amal shalih.

Sesungguhnya iman adalah pembenaran yang teguh lagi membuahkan amalan-amalan anggota badan, baik perbuatan yang wajib maupun sunnah.

Barangsiapa telah mengkombinasikan antara iman dan amal shalih, “maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” Hal tersebut dengan pemberian ketentraman hati dan ketenangan jiwa serta tiada menoleh kepada obyek yang mengganggu hatinya, dan Allah memberinya rizki yang halal lagi baik dari arah yang tidak disangka-sangka.

“Dan sungguh akan Kami berikan balasan kepada mereka,” (di akhirat) “dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan,” berupa aneka kenikmatan (surgawi) yang tidak pernah dilihat oleh pandangan mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik di dalam hati manusia. Maka Allah memberinya kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.

Oleh karena itu orang-orang yang beriman dengan iman yang benar dan senantiasa beramal shalih. Maka mereka memiliki pijakan yang jelas dalam hidupnya, hatinya akan selalu teguh dangerak langkahnya selalu pasti karena mengharap ridha dan ampunan dari Allah.

Kemudian, mereka selalu menjaga hatinya agar selalu mengingat yang baik-baik, lisannya tidak berucap kecuali ucapan yang baik-baik, pandangannya di jauhkan dari sesuatu yang buruk, telinganya mendengar sesuatu yang bisa menambah kebaikan dan selalu menerima apapun yang datang kepada, baik yang berbentuk kebahagiaan dan kesenangan atau penderitaan dan kesedihan.

Jika yang ditakdirkan kebaikan dan kemudahan kepadanya maka pasti akan datang, begitupula sebaliknya jika yang ditakdirkan kesulitan dan musibah yang akan datang kepadanya maka pasti akan datang.

Jika mereka mendapatkan sesuatu yang dicintai dan disenangi, mereka menerimanya dengan rasa syukur kepada Allah dan mereka gunakan pemberian tersebut untuk kebaikan.

Maka dari sana timbullah perasaan gembira dan berharap kepada Allah agar kebaikan itu terus ada pada dirinya dan mengandung keberkahan dalam kehidupan dan berharap agar Allah memberikan pahala dari apa yang dia kerjakan dari kebaikan yang telah dikerjakan.

Karena bentuk penerimaannya dengan rasa syukur, pastilah kenikmatan itu akan terus bertambah, semakin bersyukur maka akan semakin bertambah kenikmatan dan keberkahan.

Kemudian, jika mendapatkan keburukan dan kesulitan mereka hadapi sesuai kemampuan dan mereka sabar dengan keburukan dan kesulitan yang sedang mereka alami, karena mereka menyadari bahwa tidak bisa lari dari keburukan dan kesulitan itu. Hanya satu jalan yang harus ditempuh, yaitu melewatinya dengan penuh kesabaran. Yakin bahwa setelah kesulitan itu pasti Allah berikan kemudahan dalam setiap urusan.

Maka dengannya orang-orang yang mampu bersabar ketika ditimpa keburukan dan kesulitan mereka akan mendapatkan hikmah yang luar biasa untuk bekal kehidupannya, kesulitan-kesulitan tersebut akan mampu memberikan pengalaman berharga dan bahkan membuatnya menjadi lebih baik dari yang telah berlalu.

Diantara hal yang menjadi pengalaman berharganya yaitu jadi tahu bagaimana cara menghadapi permasalahan hidup dan membuat diri menjadi semakin kuat menahan cobaan.

Ilmu sabarnya bertambah dan tambah yakin bahwa berharap dan memohon pertolongan hanya kepada Allah adalah kunci dari segala kesulitannya.

Setelah hilang kesulitan datanglah kemudahan dan harapan yang baik. Yang dengannya kita tergerak untuk lebih memaksimalkan nikmat kemudahan yang Allah berikan kepada hal-hal yang bermanfaat, memaksimalkan nikmat kemudahan untuk beribadah kepada Allah dan memperkuat doa kemudahan dan harapan ridha dan karunia dari Allah.

Rasulullah menggambarkan hal ini dalam hadits dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah bersabda,

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنً أَمْرَهُ كُلًهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرًاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرًاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya”. [HR. Muslim No. 5318]

Dalam hadits ini Rasulullah menggambarkan bahwa seorang mukmin akan mendapatkan berlipat-lipat kebaikan dan buah dari amal kebaikan yang dilakukannya. Buah kebaikan itu dia dapatkan baik dari kemudahan dan kenikmatan atau dia dapatkan dari kesulitan dan keburukan yang di hadapi.

Sahabatku, kita akan mendapati dua orang yang mengalami hal serupa baik berupa hal yang dicintai dan disenangi ataupun kesulitan dan keburukan, tetapi ada perbedaan yang besar antara keduanya dalam menerima dan mengatasi halnya. Ini terjadi karena berbeda keimanan dan amal shalih antara keduanya.

Respon pertama, ketika mendapati dirinya ditimpa kebaikan dan keburukan, maka dia hadapi dengan bentuk syukur dan sabar dengan segala konsekuensi yang akan dia hadapi.

Sehingga dengannya akan lahir dalam dirinya perasaan bahagia dan senang, hilang rasa gundah, kesedihan, perasaannya menjadi tenang, tidak merasa dihantu-hantui, kesempitan dada dan kehidupan sengsara, semuanya akan berganti dengan ketenangan dan kebahagiaan dalam menghadapi hari-harinya.

Respon kedua, ketika mendapatkan kesenangan maka dia menyombongkan diri dan melampaui batas. Akhlaknya jauh dari akhlak yang dicontohkan Rasulullah, padahal semestinya tau dengan semua kesenangan yang didapat itu, tidak akan pernah membuat hatinya tenang.

Bahkan kegelisahan yang selalu menyelimuti kehidupannya dan rasa takut akan hilangnya kenikmatan yang sedang dirasakan bahkan takut berlebihan kehilangan barang-barang mewah yang ada di rumah dan di depan halaman rumahnya dan ini diantara penyebab tidak akan pernah tenang.

Kemudian bisa jadi tidak pernah puas dengan apa yang sudah di miliki, sehingga mengharapkan dan membayang-bayangkan sesuatu yang belum ada dan belum tentu akan bisa dimiliki ataukah tidaknya. Sehingga ketika seperti ini, kenikmatan yang sedang dirasakan dan sudah dimiliki tidak akan pernah bisa dinikmati, bahkan akan menambah kegelisahan dalam kehidupannya.

Fokus dengan satu hal yang orang lain miliki dan menjadi lupa dengan berpuluh-puluh hal yang sedang dinikmati, artinya dia menginginkan satu kenikmatan yang dimiliki orang lain tetapi lupa mensyukuri kenikmatan yang begitu banyak yang sedang dinikmati.

Ketika mendapatkan kesulitan dan keburukan dia menerimanya dengan panik, ketakutan dan tidak tenang. Jika demikian penerimaannya maka kehidupan akan semakin sempit, dihantui dengan bayang-bayang buruk, kehidupannya tidak bisa dinikmati dan selalu tegang, semua bentuk penerimaan ini akan menambah lebih keruh dan lebih buruk permasalahan yang sedang dihadapi.

Karena permasalahannya tidak dia hadapi dengan ketenangan dan penerimaan yang baik yaitu dengan sabar kemudian berikhtiar mencari jalan keluar dan berharap kemudahan dari Allah.

Semua itu bisa kita saksikan lewat pengalaman, jika sahabat renungkan dan kaitkan dengan realita yang ada, maka sahabat akan mendapatkan perbedaan yang menonjol antara orang mukmin yang senantiasa mengamalkan tuntunan syariat dan orang-orang yang jauh dari syariat dalam menghadapi setiap persoalan hidup.

Dalam hal ini, agama mengajarkan tentang keesaan Allah, tentang ketentuan rizki semua makhluk. Syukur, sabar, sifat-sifat kebaikan termasuk mengajarkan bersifat qana’ah (merasa cukup) dari apa yang sedang dia rasakan dan apa yang di dapatkan dari yang halal. Sehingga seseorang jika benar-benar ketaatannya dan menjadikan syariat sebagai pedoman, maka akan menjadi solusi bagi kehidupannya.

Setiap mukmin jika suatu waktu ditimpa musibah berupa kesakitan atau kefakiran. Karena setiap orang memiliki kemungkinan yang sama tentang hal ini, lalu dengan keimanannya dan memiliki rasa qana’ah dia menerima semua itu dengan penuh rasa penerimaan, ridha dengan semua yang Allah takdirkan untuknya, kemudian melihat orang-orang yang berada di bawahnya yang jauh lebih sengsara dari dirinya, maka bertambahlah rasa syukur dalam dirinya.

Bahkan boleh jadi dia lebih bahagia hidupnya karena memiliki sifat qana’ah dibandingkan dengan orang yang dalam pandangan dunia lebih baik tetapi tidak memiliki sifat qana’ah dalam dirinya.

Begitupula akan sahabat temui orang-orang yang tidak menjalankan nilai-nilai keimanan, manakala mendapatkan cobaan seperti kefakiran atau sakit, maka akan ditemui banyak diantara mereka yang mengeluh dengan musibah bahkan sebagian berputus asa dengan apa yang sedang dihadapinya.

Maka beruntunglah orang-orang yang bisa bersyukur dan bersabar ketika ditimpa musibah kemudian beramal dengan amalan shalih dan dibarengi dengan keimanan kepada Allah maka dengannya akan mendatangkan sebab-sebab mendapatkan kehidupan yang baik dari Allah dan mendapatkan pahala dari apa yang dikerjakannya.

Mudah-mudahan Allah jaga dan istiqamahkan kita dalam agamanya dan Allah memberikan kehidupan yang baik bagi kita di dunia sampai syurga-Nya. Allahumma Aamiin.