Haramnya Mendurhakai Kedua Orangtua dan Memutuskan Tali Persaudaraan

Berikut kami sampaikan sebagian dalil terkait wajibnya berbakti kepada kedua orang tua dan haramnya memutus tali persaudaraan, dalil diambil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah:

فَهَلۡ عَسَيۡتُمۡ إِن تَوَلَّيۡتُمۡ أَن تُفۡسِدُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَتُقَطِّعُوٓاْ أَرۡحَامَكُمۡ 

أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فَأَصَمَّهُمۡ وَأَعۡمَىٰٓ أَبۡصَٰرَهُمۡ 

(22) Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? (23) Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka  (Qs. Muhammad [47]: 22-23)

وَٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهۡدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ مِيثَٰقِهِۦ وَيَقۡطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيُفۡسِدُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱللَّعۡنَةُ وَلَهُمۡ سُوٓءُ ٱلدَّارِ 

Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam). (Qs. Ar-Ra’d [13]: 25)

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنًاۚ إِمَّا يَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَآ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَآ أُفّٖ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلٗا كَرِيمٗا 

وَٱخۡفِضۡ لَهُمَا جَنَاحَ ٱلذُّلِّ مِنَ ٱلرَّحۡمَةِ وَقُل رَّبِّ ٱرۡحَمۡهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرٗا 

(23) Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (24)  Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (Qs. Al-Isra [17]: 23-24).

وَعَنْ أَبِي بَكْرَةَ نُفَيْعِ بْنِ الْحَارِثِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ ثَلَاثًا قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ : الإِشْرَاكُ بِاللهِ، وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: أَلَا وَقَوْلُ الزُّوْرِ وَشَهَادَةُ الزُّوْرِ. فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

Dari Abu Bakrah Nufai’ bin Al-Harits Radhiyallahu Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa besar yang paling besar?” Beliau mengulanginya tiga kali, kemudian kami menjawab, “Tentu! Ya Rasulullah.” Rasulullah menjelaskan, “Yaitu menyekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua.” Semula Rasulullah bersandar lalu beliau duduk tegak, seraya meneruskan sabdanya, “Ingatlah! Juga sumpah palsu dan persaksian palsu.” Rasulullah mengulang-ulang perkataan itu, sampai-sampai kami berkata dalam hati, “Semoga beliau diam.” (HR. Bukhari no. 2654, Muslim no. 87)

وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الْكَبَائِرُ : الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ، وَقَتْلُ النَّفْسِ، وَالْيَمِينُ الْغَمُوسُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu Anhuma, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Dosa-dosa besar adalah menyekutukan Allah, mendurhakai kedua orang tua, membunuh orang dan sumpah palsu.” (HR. Bukhari no. 6675)

وَعَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مِنَ الْكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ، قَالُوْا : يَا رَسُوْلَ اللهِ وَهَلْ يَشْتُمُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟، قَالَ: نَعَمْ، يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ، فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ، فَيَسُبُّ أُمَّهُ. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

وَفِي رِوَايَةٍ: إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ، قِيلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ كَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ : يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ، فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ، فَيَسُبُّ أُمَّهُ

Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu Anhuma, bahwasanya Rasulullah bersabda, “Di antara dosa-dosa besar adalah seseorang memaki kedua orang tuanya.” Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah ada seseorang yang memaki kedua orang tuanya?” Beliau menjawab, “Ya, apabila seseorang memaki bapak orang lain, kemudian orang itu membalas memaki bapaknya, dan ia memaki ibu orang lain kemudian orang itu memaki ibunya.” (HR, Bukhari no 5973, Muslim no. 90)

Dalam riwayat lain dikatakan, “Sesungguhnya yang termasuk dosa terbesar di antara dosa-dosa besar adalah orang yang melaknat kedua orang tuanya.” Ada shahabat yang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagai-mana mungkin seseorang melaknat kedua orang tuanya?” Beliau menjawab, “Ia memaki bapak orang lain, lalu orang itu membalas dengan memaki bapaknya, dan ia memaki ibu orang lain, kemudian orang itu membalas dengan memaki ibunya.”

وَعَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ قَالَ سُفْيَانُ فِي رِوَايَتِهِ: يَعْنِي: قَاطِعَ رَحِمٍ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

Dari Abu Muhammad Jubair bin Muth’im Radhiyallahu Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka memutuskan tali persaudaraan.” Dalam riwayatnya Sufyan mengatakan, “Maksudnya orang yang memutuskan tali silaturrahim.” (HR. Bukhari no. 2408, 5975, Muslim no. 593)

وَعَنْ أَبِي عِيسَى الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوْقَ الْأُمَّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتِ، وَوَاْدَ البَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَالمَالِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

Dari Abu Isa Al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Sungguh Allah Ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu-ibu kalian, menolak kewajiban dan meminta yang bukan haknya, dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci kalian yang membicarakan segala hal yang didengar tanpa memastikan kebenarannya, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.” (HR. Bukhari no. 5984, Muslim no. 2556).

Kitab: Riyadhus Shalihin Karya Imam An-Nawawi BAB 41.

Penulis: Ikbal Ropik

Artikel Tarbawiy.com

One comment

Tinggalkan Balasan ke TanmaCancel Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *